Kanker kepala leher masih menjadi salah satu kanker yang cukup menjadi perhatian di Indonesia. Kanker nasofaring ini menjadi kanker kepala leher yang paling tinggi kejadiannya di Indonesia, serta menempati urutan ke-6 penyebab kematian tertinggi akibat kanker di negara kita ini. Jika dilihat lagi, tingginya angka ini tidak lepas dari tingginya paparan bahan yang meningkatkan risiko kanker nasofaring, dan kanker kepala leher secara keseluruhan. Apa sajakah itu?
1. Tembakau
Rokok, sebagai salah satu produk tembakau, sudah terbukti berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari penyakit kardiovaskuler, penyakit paru-paru kronis, dan kanker di berbagai organ, tidak terkecuali kanker kepala leher. Merokok tembakau meningkatkan risiko kejadian kanker kepala leher hingga 56%. Risiko ini bahkan akan menetap dan baru akan mulai menurun setelah 5 tahun tidak merokok, dan risiko mantan perokok terkena kanker nasofaring baru akan menyamai dengan bukan perokok setelah 20 tahun berhenti merokok.
Selain rokok, tembakau yang tidak dibakar juga ternyata meningkatkan risiko kanker kepala leher. Mengunyah tembakau dan rempah masih dapat ditemukan pada sebagian komunitas masyarakat. Kebiasaan mengunyah tembakau ternyata meningkatkan risiko kanker oral atau kanker mulut. Sebuah studi yang merangkum dari berbagai penelitian (meta-analisis) menemukan bahwa di regio Asia Tenggara, penggunaan tembakau yang tidak dibakar ini bisa meningkatkan kejadian kanker mulut hingga 4 kali lebih besar.
2. Nitrosamine
Nitrosamine merupakan senyawa yang terbentuk dari amina (bagian terkecil dari protein) dan nitrit atau nitrat. Nitrosamine sendiri biasa dapat kita temui pada olahan daging atau ikan yang diawetkan, seperti daging kalengan dan ikan asin. Nitrosamine yang dikonsumsi oleh tubuh akan dimetabolisme menjadi senyawa yang mengandung radikal bebas. Senyawa ini akan memicu mutasi dari DNA (komponen inti sel yang berperan dalam pengaturan sel), sehingga dapat mengubah sifat sel tersebut menjadi ganas. Nitrosamine sendiri sudah terbukti menjadi senyawa yang mampu meningkatkan risiko dari kanker nasofaring.
Nah sekarang kawan sehat sudah semakin mengerti. Kurangi dan hindari paparan senyawa yang meningkatkan risiko dari kanker, diikuti dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat niscaya akan memperkecil kemungkinan kita terkena kanker.
Sumber:
1. Globocan, 2022
2. Long M, Fu Z, Li P, Nie Z. Cigarette smoking and the risk of nasopharyngeal carcinoma: a meta-analysis of epidemiological studies. BMJ Open. 2017;7(10):e016582. Published 2017 Oct 5. doi:10.1136/bmjopen-2017-016582
3. Asthana, Smita et al. “Association of Smokeless Tobacco Use and Oral Cancer: A Systematic Global Review and Meta-Analysis.” Nicotine & tobacco research : official journal of the Society for Research on Nicotine and Tobacco vol. 21,9 (2019): 1162-1171. doi:10.1093/ntr/nty074
4. Mydin, R.B.S. and Okekpa, S.I., 2019. Molecular Pathways for Nasopharyngeal Carcinoma focused on Acetaldehyde, Nitrosamines and Nicotine Exposures. Malaysian Journal of Medicine & Health Sciences, 15.